Beberapa waktu lalu saya banyak membaca beberapa status di sosmed yang mencela online shop yang tidak mencantumkan harga produknya (di sosmed tempat dia memajangl produknya pastinya), sehingga muncul istilah harga by inbox/pm dan konflik ini ikut merambah ke dunia craft yang biasanya kebanyakan produknya terbatas dan sebagian malah customize. Dari beberapa pendapat pro kontra di sosmed mengenai "harga by inbox" ada beberapa hal yg bisa kita ambil pelajaran.
1. Menyadari fungsi sosial media sesungguhnya
Yang perlu kita sadari sosial media khususnya facebook fungsinya adalah menjalin pertemanan itu yang utama, bukan selling media, jadi di sosial media lebih diutamakan branding (memperkenalkan ke teman-teman di fb bahwa kita membuat "ini lho" dan brand kita "ini" jadi bukan jualan langsung. Karena itu ada etika dalam
Jadi apa dong yg harus kita lakukan di sosmed? yang utama adalah orang tahu siapa anda, orang tahu anda menjua/membuat apa, Orang percaya pada anda karena anda mempunyai nilai positif, orang suka dengan apa yang anda tulis dan apa yg anda bagikan di sosmed.
2. Lebih personal berinteraksi dengan calon konsumen
Inbox on line shop, lebih bersifat seperti SPG toko real. Misalnya anda melihat tas yang bagus, , tapi biasanya pasti ada pertimbangan di fikiran kita cenderung realistis apakah butuh atau tidak, sesuai budget kita atau tidak...jika mbak SPG dengan ramah menyapa dan menerangkan dengan baik kelebihan tas, dan keuntungan yg bisa didapat jika membeli tas itu, maka biasanya yang tadinya tidak tertarik-tertarik amat jadi mulai tergiur dan mulai membayangkan kita memakai tas itu di acara apa...hihihi ...kita akan memulai memutuskan dalam hati untuk membelinya, kecuali kita memang betul-betul tidak berminat sejak awal.
karena yg ditonjolkan kualitas produknya, jadi tidak bisa cuma dilihat dari foto saja. butuh pemaparan lebih lanjut secara personal. kenapa tidak dijelaskan di caption foto? berdasar pengalaman 90% calon pembeli terutama orang Indonesia itu malas baca keterangan panjang2 hehehe, mending diajak ngobrol namanya juga sosmed..... ^_^
Tentu beda pendekatan dengan produk-produk massal yang murmer atau diskon nyungsep, kalau perlu dibold, digedein hurufnya, dikasih tinta merah di fotonya. karena yg ditonjolin memang diskonnya....hehehe
Jika kita mempunyai reseller yg membantu pemasaran produk kita terutama yg tetap memasang/menghargai brand kita , memasang harga akan seperti pernyataan perang terbuka, karena ada beberapa reseller yg merasa terancam pemasarannya kalau kita memasang harga khawatir orang tidak mau membeli ke reseller tapi langsung ke kita produsennya. Dengan tidak mencantumkan harga orang senang membantu memasarkan harga bahkan mungkin tidak mengganti brand kita menjadi brand reseller karena merasa nyaman dan tidak terancam.
Mengenai apakah melanggar syariat menurut islam atau tidak (khususnya muslim) itu tergantung apa yg kita jual (bukan barang haram) dan bagaimana cara kita berinteraksi dengan calon konsumen kita (etika), apakah kita bicara menyakitkan hati atau tidak, menipu atau tidak itu baru bisa dinilai setelah terjadi interaksi dan transaksi.Perlu diketahui Rasulullah dalam berdagang juga tidak mencantumkan harga secara tertulis tapi melalui tanya jawab alias interaksi dengan pembelinya, seperti layaknya jual beli di pasar2 tradisional. Silahkan baca sejarah beliau.
Jadi mencantumkan harga atau tidak di sosmed itu hak anda ^_^
Komentar
Ak ngintilin di belakang yaa... Hihihiii... ������
Setau sy banyak yg jadi males liat price by pm krn banyak olshop yg dipegang sama dedek2 labil, yang kalo orang cuma nanya harga tp ga jd beli malah marah2. Bilang php lah, bilang kere lah. Padahal tanya harga yg emang ga ada di caption :)))